Luhmann dan Saussure


Niklas Luhmann (Sumber)

SAYA INGIN membandingkan teori sistem menurut Niklas Luhmann dengan teori bahasa yang dikembangkan linguis Ferdinand de Saussure. Alasan saya, pertama, sebagaimana nanti akan saya sampaikan, terdapat persamaan-persamaan dalam kedua teori mereka. Beberapa kata kunci bahkan identik dan nyaris sama persis. Kedua, kalau Luhmann berbicara dalam konteks sistem masyarakat, teori bahasa Saussure belakangan juga banyak dikembangkan untuk membaca sistem sosial dan digunakan juga dalam sosiologi dan antropologi. Ketiga, Luhmann menyebut komunikasi sebagai inti dari atau hakikat masyarakat, padahal bahasa adalah fundamen dalam komunikasi.

Menurut Luhmann, masyarakat terdiri atas sistem-sistem. Sistem itu tidak satu, tetapi banyak sekali, terlebih di dalam masyarakat modern. Diferensiasi adalah kata kunci untuk memahami banyak sistem yang berbeda-beda tersebut. Di dalam sistem yang banyak itu, seseorang bisa masuk ke dalam sebuah sistem, bertahan, keluar, dan berpindah ke sistem lain. Begitu seterusnya. Dinamika seseorang untuk berada di dalam satu sistem dan bertahan dari sistem lain dijelaskan melalui autopoietic, cara penyaringan buka-tutup yang bersifat biologis dan, saya kira, psikologis. Kata-kata kunci dalam teori Luhmann ini yang akan saya bandingkan dengan bahasa.

Di dalam pandangan Saussure, bahasa memiliki sistem-sistem. Dia membedakan tiga dimensi bahasa: langage atau bahasa manusia secara umum; langue atau bahasa sebagai sistem; dan parole atau bahasa sebagai ujaran pribadi (speech). Tentu saja dari ketiganya, langue yang paling cocok untuk dibandingkan dengan sistem masyarakat. Pertanyaannya, apa itu (sistem) bahasa? Menurut Saussure, bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional. Menariknya, arbitrary dan konvensi juga muncul dalam kosakata Luhmann ketika dia menjelaskan tentang kontingensi ganda: seseorang berkomunikasi dengan banyak sekali pilihan (arbitrer) tetapi dia mesti mempertimbangkan penerima atau komunikan (Ritzer, 2002: 361). Di sini jelas ada konvensi antara komunikator dan komunikan.

Dinamika seseorang di dalam sistem bahasa inilah yang dijelaskan melalui parole. Seseorang memang berada di dalam sistem, tetapi ketika berbahasa dia juga punya atensi pribadi. Di dalam teori Luhmann, seseorang memang tunduk di dalam sistem, tetapi dia selalu dalam tegangan relasi dengan sistem lain atau lingkungannya. Di sini dia kemudian bisa mengembangkan sistem miliknya atau bahkan beralih ke sistem lain. Ketika bertahan di dalam sebuah sistem, orang ini menggunakan cara autopoietic; bahwa seseorang secara alamiah punya cara sendiri untuk mengambil tawaran-tawaran lain dari lingkungannya atau bertahan di dalam sistemnya. Ritzer (2002: 362) menjelaskan proses ini melalui tiga kata kunci: variasi, pemilihan, dan stabilisasi. Dalam tegangan antara bertahan di dalam sistem atau berpindah ke sistem lain inilah sebuah sistem bisa berkembang (dan nanti distabilkan), karena setiap individu di dalamnya punya banyak referensi dari lingkungan untuk dimasukkan ke dalam sistemnya. Ini persis parole atau speech dalam bahasa. Terkait speech ini, kutipan dari Luhmann (via Lee, 2000: 326) berikut penting dikemukakan karena sangat Saussurean sekali:

"Speech possesses its very own form. As a form with two sides it emerges from the difference between sound (Laut) and meaning (Sinn)... Spoken communication is the processing of meaning within the medium of sound.... In order to construct the difference between medium and form within speech itself, the medial substrate of speech, the difference between sound and meaning, must be underspecified. Without underspecification there would be nothing left to say because everything would already have been said. This problem is solved with the difference between words and sentences. Words are also constellations of sounds with meaning; but they do not determine the sentences that they can produce when combined.... With the help of speech, one may say something that has never been said before." (cetak miring dari Luhmann, 213-5).

Persoalannya, kalau kemudian yang diambil oleh seseorang itu lebih banyak dari luar, dengan sendirinya dia akan terdiferensiasi dari sistem lama dan membuat atau masuk ke dalam sistem yang baru. Sekali lagi difference! Di dalam linguistik Saussurean, prinsip difference inilah yang membuat kata bermakna. Kata “makan” bermakna bukan karena referensi di belakangnya (setiap kata tidak punya hubungan langsung dengan referensi, sehingga setiap sistem bahasa bisa berbeda-beda menyebut sebuah benda yang sama), tetapi karena dia berbeda dari “makam”, “malam”, “macan”, dst. Makna muncul karena prinsip perbedaan atau distingsi atau oposisi, yang nanti menyumbang sebuah teori penting dalam ilmu sosial, yaitu oposisi biner. Bandingkan dengan Luhmann yang dikutip Lee ketika menjelaskan tentang media: “A specific binary code produces the meaningful form (difference)... autopoietic system operating according to its own binary distinctions (forms)....”

Prinsip perbedaan bukan hanya ada di dalam sebuah sistem bahasa. Bahasa yang berbeda—ada banyak sekali bahasa—pada dasarnya adalah sistem-sistem bahasa yang berlainan. Seseorang bisa menggunakan satu sistem bahasa dan masuk ke sistem bahasa yang lain. Luhmann mungkin akan menyebutnya sebagai autopoietic, yang kata Lee disumbang dari biologi. Dalam teori bahasa Saussure, orang menggunakan bahasa bahkan sudah dalam tahap di luar kesadaran; bawah sadar yang bermain—jadi psikologis.[]



Ferdinand de Saussure (Sumber)

0 komentar: